Wednesday, 22 September 2010

Renungan Lebaran Tahun Ini

Tahun ini tahun 2010. 
Tepat saat Hari Raya Idul Fitri tiba, saya yang tidak berlebaran juga merasakan suasananya. Mengharukan !!

Saya merenung di kamar, di dalam gelap, sebetulnya apa akibat atau hasil dari peristiwa Idul Fitri tersebut di dalam kehidupan saya. Kata seorang teman saya, melalui Idul Fitri, menjadi lahir baru, menjadi pribadi yang bersih dan suci. Terpikir oleh saya, saya juga ingin lahir baru dan menjadi suci, dalam arti dosa-dosa saya yang tak bisa disebutkan lagi banyaknya alias lebih dari ber-bakul-bakul, bisa hilang dan saya menjadi tak bernoda lagi.
Bagaimana, ya ?



Kemudian terpikirkan oleh saya satu buah kata : Maaf..
Kata maaf, meminta maaf, menurut sumber yang saya baca, saya dengar, biasanya menuju adalah permintaan  pengampunan. Seseorang yang pernah bersalah dan ingin kesalahannya dihapus, maka ia meminta maaf. Buat saya, maaf berarti saya ingin tidak ada lagi hal-hal yang membuat luka, sedih, dan tidak menyenangkan, menjadi penghalang dalam hubungan saya dengan orang lain.

Bagaimana saya memaafkan? 
Paling berat adalah melupakan kesalahan yang pernah diperbuat orang lain kepada diri kita. Bagaimana dengan kesalahan yang kita buat untuk orang lain? Apakah orang lain sudah pasti dapat memaafkan kesalahan saya? Sepertinya tidak semudah itu. Bagaimana pun hubungan pertemanan, persaudaraan dan jenis-jenis hubungan yang manapun tidak dibuat dengan segampang membalikkan telapak tangan. Saya percaya, jika berhubungan dengan kesalahan pasti ada yang bersalah dan disalahi. Nah, maka tentang akibatnya yaitu rasa sakit, pasti ada yang menyakiti dan disakiti.

Bagaimana saya menyikapi?
Pertama-tama saya belajar memaafkan diri sendiri. Menyadari dan menerima bahwa saya pernah melakukan kesalahan. Maka saya meminta maaf karena telah berbuat hal yang lebih baik dari apa yang diinginkan. Memaafkan dalam konteks diri sendiri  berarti berusaha berdamai dengan diri sendiri ataupun nurani. Namun bukan artinya jadi permisif.
Setelah saya memaafkan, berdamai dengan diri sendiri, saya berusaha untuk berbuat lebih baik lagi. Faktor kesungguhan juga berpengaruh rupanya. Semakin dalam kesungguhan saya untuk meminta maaf pada hati, semakin sungguh berusaha mencapai suatu kondisi yang lebih baik, bagi saya dan orang lain.

Setelah berdamai dengan hati, mulai berdamai dengan environtment, dengan semua yang ada disekitar kita : suami, istri, anak , kakek, nenek, ayah, ibu, paman, bibi, teman, sahabat dan banyak orang lain di sekitar kita. Mencoba memaafkan kondisi, menyadari dan memaklumi, menerima bahwa tiada seorangpun yang luput dari salah. Mencoba memahami bahwa salah, marah, tersinggung itu sebenarnya berasal dari kondisi tertentu dimana dibalik masing-masing kondisi tersebut memiliki alasannya sendiri-sendiri. Selalu ada reason dibalik kejadiannya.
Berdamai, memaafkan, menyadari, memahami, mengerti, kata-kata ini mengarah kepada keselaraasan. Memelihara keselaraasan melukiskan bagaimana kita menghargai hidup kita . Hal ini dapat terlihat dari bagaimana kita berinteraksi dengan diri dan orang lain dalam hidup kita.


"Selaraslah agar damai ... dan damailah agar selaras dalam kehidupan"

Kata-kata ini, indah bukan?

** Sekalian saya mau meminta maaf apabila ada perkataan dan gaya penulisan yang kurang bijaksana sehingga menyinggung ataupun membuat munculnya rasa tidak nyaman. Sekali lagi saya minta maaf. Terima kasih  :-) **



No comments:

Post a Comment