Kata-kata yang terakhir sebelum saya meninggalkan mereka.
Benar, dalam keadaan seperti ini, saya hanya bisa pasrah dan seharusnya saya mencari kekuatan yang paling besar untuk menopang segala kegalauan saya. Bukan hanya itu, saya juga harus mencari sandaran dan jalan keluar dari masalah saya.
Tapi suara-suara mereka itu, hanya bisa bergaung di kepala saya saja. Semenjak kemarin, sorenya dan pagi ini, selalu saya mendengar suara yang mengingatkan saya itu. Rasanya seperti bercokol di dalam indera pendengaran saya, dan tak mau berhenti mengeluarkan bunyinya, sampai saya betul berdoa.
Kenyataannya, saya tidak bisa berdoa.
Pagi ini, pagi yang dingin, tepekur di dalam kendaraan umum yang masih sepi. Sementara hati saya berpacu, mencoba menjauh dari segala rasa sedih dan kacau, otak saya tetap mengetuk-ngetuk tengkorak kepala saya dengan cepat, sehingga beberapa kali saya harus memegangi kening saya yang rasanya mau pecah.
Berdoa, B!
Suara itu terdengar lagi. Gambar kemarin lewat di depan mata saya. Kawan-kawan saya yang menyemangati saya dengan menyuruh saya berdoa.
Sampai saat ini saya tak bisa berdoa, saya tidak tahu bagaimana caranya, saya merasa beku sekaligus panas, saya merasa kaku sekaligus lemas. Saya seperti terikat tali besar di badan, tercekat di tenggorokan.
Saya masih belum bisa berdoa. Saya hanya bisa berkata di dalam hati:
" Tuhan, lindungi kami semua.
Tuhan, bantu saya, bantu kami..."
Dan, saya masih belum tahu apakah saya bisa berdoa.
Foto taken from here : http://photos2.fotosearch.com/bthumb/CSP/CSP223/k2231226.jpg
No comments:
Post a Comment