Thursday 30 September 2010

Too Punctual

I hate to say these but I’m too punctual for my friends. Too punctual about time, I mean. 

I rushed into a place called “café” that afternoon. My friends and I  agreed that we had to have a meeting first to  arrange our class reunion. We decided to meet at that  “café” at 5 p.m. So, I hurrily left, waving bye-bye to my baby girl who was sitting near to her dad. “It won’t be long…”  I said.

I reach that place at 4.55 p.m. The place is near my  house, it is in Jalan Dago. I was glad because of the traffic allowed me to move faster. You know, Bandung nowadays, especially Jalan Dago, always attach to the traffic jam matter. No one can have more than  40 km/hr of speed at that range of time. From 4 till 6 p.m is a rush hour time in Dago area.

I parked my motorcycle, and walked slowly, throwing smile to some waitresses  that smiled at me. I chose to sit outside, because it would be easier  to see the entrance. I planned to watch my friend’s coming. The waitress came and asked for the order. I told him that I ‘m waiting  for my friend before making an order. So, I asked him to wait. 

Thirty minutes has passed, and I still can’t see one of my friends coming from the entrance. I called up the waitress to have some “ cappuccino ”. I thought I would love to drink it while waiting.  In fact, the cappuccino was my only friend I had until finally, my handphone rang. I picked it up and heard my female friend’s voice. “Where are you ? ” she said. “And where are you ?!” I replied. She couldn’t find me and I started to be confused. She had receive the wrong address, but fortunately it is near the café.

At 6.15 p.m I found one of my friends standing outside the entrance, holding his phone, trying to contact someone, that I’m sure that was my friends also. Three of us met, but we still had to wait for others. The sky already wore a dark color and the gathering were not complete yet. Waiting and waiting patiently. In the end, we started  the meeting at 7.30 p.m , we decided to talk within this small group and would not wait for others. 

The meeting ended with no certain result, just appealing some kind of idea to gather all of friends. I  was starting to  get disappointed because of  the way I spent my time. I felt sorry and tired suddenly,  I felt very angry . Why?  Not because the “no certain result” meeting, it was more about the time I’ve spent. I knew it won’t work if you dealt with someone that cannot respect other and time.  What made me angrier inside that I left my baby and came to this meeting with these kind of act, make it as not important matter for me anymore.

I feel irritated because I’m too punctual…

Wednesday 29 September 2010

The Happiness..

Happiness.. for me..

What kind of happiness it'd be ?
The more I wanted the harder way I through it
What should I do for finding happiness in this life...

...............
Some one said  ...   

" Life has chosen me .. And I choose happiness... I'm searching it in the enjoyment of life "

We all  know that happiness sometimes don't stay last long
And life goes on
But I believe that the enjoyment of life will not disappear

And about dreams... sometimes
They would  seems to unreachable
Life's is full with so many obstacles
We have to work harder though

Trying to  fulfill our dream is a happiness too, right ?
Let's start by our determination..
What do we want in our life so we can reach happiness...?

Remember this..
There's have to be a dream and passion  too
To make it all completed 

Keep dreaming and have passion 
Feel the happiness in every process and stay progressing
Whether it is good or bad, or sometimes full of sadness..
We still need to go through it all, right?
I think it is an essence, reason to our life it should be...
Keep up the spirit !!


inspired by : Korean Drama, Beethoven Virus


Wednesday 22 September 2010

Renungan Lebaran Tahun Ini

Tahun ini tahun 2010. 
Tepat saat Hari Raya Idul Fitri tiba, saya yang tidak berlebaran juga merasakan suasananya. Mengharukan !!

Saya merenung di kamar, di dalam gelap, sebetulnya apa akibat atau hasil dari peristiwa Idul Fitri tersebut di dalam kehidupan saya. Kata seorang teman saya, melalui Idul Fitri, menjadi lahir baru, menjadi pribadi yang bersih dan suci. Terpikir oleh saya, saya juga ingin lahir baru dan menjadi suci, dalam arti dosa-dosa saya yang tak bisa disebutkan lagi banyaknya alias lebih dari ber-bakul-bakul, bisa hilang dan saya menjadi tak bernoda lagi.
Bagaimana, ya ?



Kemudian terpikirkan oleh saya satu buah kata : Maaf..
Kata maaf, meminta maaf, menurut sumber yang saya baca, saya dengar, biasanya menuju adalah permintaan  pengampunan. Seseorang yang pernah bersalah dan ingin kesalahannya dihapus, maka ia meminta maaf. Buat saya, maaf berarti saya ingin tidak ada lagi hal-hal yang membuat luka, sedih, dan tidak menyenangkan, menjadi penghalang dalam hubungan saya dengan orang lain.

Bagaimana saya memaafkan? 
Paling berat adalah melupakan kesalahan yang pernah diperbuat orang lain kepada diri kita. Bagaimana dengan kesalahan yang kita buat untuk orang lain? Apakah orang lain sudah pasti dapat memaafkan kesalahan saya? Sepertinya tidak semudah itu. Bagaimana pun hubungan pertemanan, persaudaraan dan jenis-jenis hubungan yang manapun tidak dibuat dengan segampang membalikkan telapak tangan. Saya percaya, jika berhubungan dengan kesalahan pasti ada yang bersalah dan disalahi. Nah, maka tentang akibatnya yaitu rasa sakit, pasti ada yang menyakiti dan disakiti.

Bagaimana saya menyikapi?
Pertama-tama saya belajar memaafkan diri sendiri. Menyadari dan menerima bahwa saya pernah melakukan kesalahan. Maka saya meminta maaf karena telah berbuat hal yang lebih baik dari apa yang diinginkan. Memaafkan dalam konteks diri sendiri  berarti berusaha berdamai dengan diri sendiri ataupun nurani. Namun bukan artinya jadi permisif.
Setelah saya memaafkan, berdamai dengan diri sendiri, saya berusaha untuk berbuat lebih baik lagi. Faktor kesungguhan juga berpengaruh rupanya. Semakin dalam kesungguhan saya untuk meminta maaf pada hati, semakin sungguh berusaha mencapai suatu kondisi yang lebih baik, bagi saya dan orang lain.

Setelah berdamai dengan hati, mulai berdamai dengan environtment, dengan semua yang ada disekitar kita : suami, istri, anak , kakek, nenek, ayah, ibu, paman, bibi, teman, sahabat dan banyak orang lain di sekitar kita. Mencoba memaafkan kondisi, menyadari dan memaklumi, menerima bahwa tiada seorangpun yang luput dari salah. Mencoba memahami bahwa salah, marah, tersinggung itu sebenarnya berasal dari kondisi tertentu dimana dibalik masing-masing kondisi tersebut memiliki alasannya sendiri-sendiri. Selalu ada reason dibalik kejadiannya.
Berdamai, memaafkan, menyadari, memahami, mengerti, kata-kata ini mengarah kepada keselaraasan. Memelihara keselaraasan melukiskan bagaimana kita menghargai hidup kita . Hal ini dapat terlihat dari bagaimana kita berinteraksi dengan diri dan orang lain dalam hidup kita.


"Selaraslah agar damai ... dan damailah agar selaras dalam kehidupan"

Kata-kata ini, indah bukan?

** Sekalian saya mau meminta maaf apabila ada perkataan dan gaya penulisan yang kurang bijaksana sehingga menyinggung ataupun membuat munculnya rasa tidak nyaman. Sekali lagi saya minta maaf. Terima kasih  :-) **