Ke-pede-an

Suatu kesalahan yang saya lakukan, saya merasa konyol banget, terus terang..  adalah bertanya pada teman dengan cara nembak dengan pertanyaan langsung tanpa mempertimbangkan lebih lanjut.

Ceritanya begini,  karena terdesak akibat harus cepat-cepat lulus dari tempat menimba pengetahuan selama ini, akhirnya saya memerlukan kelengkapan dokumen, buat syarat penyusunan tugas akhir.. Nah, disinilah ribednya. Syaratnya itu saya harus punya sertifikat tanda mengikuti workshop atau seminar. Beurat, secara saya ga pernah ngikut apa-apa.. seminar juga ga related sama kuliahnya. Walaupun administrasi bilang gapapa, tapi saya keu-keuh pengen ngasih referensi yang berhubungan.

Akhirnya saya buka YM, pas ada kawan yang dulu satu perjuangan beda kantor sama saya. Bedanya dia di pusat, saya di cabang. Dengan pede saya tembak : “ Friend, ada workshop or seminar ga disitu? Kalo ada yang mo jalan, kasih info ya, tengkiu..” Saya seneng dah menyampaikan niat saya, dan saya akhiri YM nya.

Besok paginya saya buka, ada offline message said : “ B, aku dah ga disana lagi, aku di jerman sekarang… “

Gubrakkk… muka langsung panas. Bukan masalah dia ga kasih info yang saya harapkan. Bukan juga, karena dia udah di luar negeri. Apalagi kalo soal info workshop dan seminar, masih bisa saya cari. Ini tentang saya dan teman saya ini. Dalam hal ini saya malu, karena kelakuan saya masih minus. Ga tanya-tanya langsung main tembak, ga babibu main gabruk. Lagian saya ini teman macam apa.. temannya sudah pindah domisili, saya kok ngga ngerti. Apakah saya ini masih teman? Kemana aja, neng? Sibuk dengan dunia sendiri, ya?

Dan yang parahnya lagi, menurut saya, saya lupa bahwa dunia ini berubah. Cuman saya yang ga berubah. Saya asyik dengan dunia saya sendiri, terkaget-kaget dengan perubahan. Saya hanya melihat diri saya dari meja saya yang sempit, ditemani Internet super speed yang online terus buat cari info-info, tapi ternyata semua ga benar. Saya jadi ingat dengan sebuah tulisan yang saya tempel dari sekitar 2 tahun yang lalu. Bunyinya :

“It’s Your choice to be a winner or a loser. Being a loser is easy. Just sit down in the chair behind your desk, and feel comfort with your hallucination of being a great guy, which is actually not, as a matter of fact”

Tulisan itu sudah pernah diprotes sama salah satu teman, saya bilang itu untuk mengingatkan saya supaya jangan jadi pecundang. Padahal teman saya sudah mengingatkan, supaya pasang tulisan yang lebih menginspirasi, lebih menyemangati, lebih membangun. Saat itu, saya manggut-manggut, berpikiran “ iya ya..” tapi saran teman itu tak pernah sempat saya lakukan. Ternyata apa yang saya khawatirkan terjadi.

Saya malah terkunci di dalam space kerja dan internet saya. Saya merasa ga bertambah apa-apa sekarang. Padahal banyak goal yang saya ingin capai, banyak hal yang saya ingin lakukan. Tetapi saya melupakan hal-hal kecil yang berharga. Ya.. seperti teman saya tadi.
 

Saya emang minus. 

Maafin saya, ya.. teman. .. Kau selalu berharga buatku.

Spesial buat Prilly Anastasia Siregar.